Rabu, 14 Mei 2014

TUGAS 4 KLASIFIKASI SUPERVISED

Klasifikasi Supervised
1.       Siapkan peta landsat yang sudah di composite band
2.       Buat SHP untuk data sample, ambil beberapa titik sesuai dengan kebutuhan + Beri nama dengan cara add field

1.       Aktifkan ArcToolbox ( Spatial Analyst Tools, Mulvariate, Create Signature)
2.       Masukan ( landsat di Input Raster bands ), (SHP di Input raster or feature sample data)
3.       Simpan di Folder D/E sesuai keinginan
1.       Tunggu Proses hingga berhasil
2.       Langkah selanjutnya ( Spatial Analyst Tools, Mulvariate, Maximum Likelihood Clasfication))
1.       Tunggu prosesnya hingga berhasil seperti gambar dibawah ini

  Mengubah data Raster ke Vektor
1.     Data diatas di ubah kedalam bentuk shp
2.    Conversion Tools ( From Raster, Raster To Polygon)
3.       Berikut adalah hasil proses raster to vektor
4.       Hasil perubahan raster to vector perlu di satukan biar memudahkan.
5.       ArcToolbox ( Data Management Tools, Generalization, Dissolve) Pilih data yang akan disatukan
6.       Berikut adalah hasil proses Dissolve
7.       Berikut adalah hasilnya

Langkah Terakhir Membuat Legenda
1.       Layout View
2.       Insert ( Legend, North Arrow, Scale Bar, Scale Text)
3.       Membuat Grid dengan pilih View ( Data Frame Propeties, Grid, New Grid)
Berikut adalah hasil dari pembuatan legenda peta penggunaan lahan menggunakan analisis supervised Bandung







Jumat, 02 Mei 2014

Klasifikasi Peta Landsat dan Mengubah ke SHP / PCD / Tugas 4


Catatan : sebelum menggunakan analisis, aktifkan analisis spatial :
Costumize,  extensions, check list spatial analyst

Langkah pertama
·         Spatial analyst tools
·         Extraction
·         Extract by mask
§  Input Raster “Landsat”
§  Input Raster of feature mask data “File Shp”
§  Output raster “simpan data “Folder” yang diinginkan

·         Klik analisis toolbox
·         Spatial analyst tools
·         Multivariate
·         Iso cluster
*      Input Raster bands “landsat”
*      Output signature file “folder”
*      Number of classes “sesuai kebutuhan”
·         Ok


·         Klik analisis toolbox
·         Spatial analyst tools
·         Multivariate
·         Maximum likelihood classification
*      Input raster bands “Landsat.tif”
*      Input signature file”Landsat.gsg”

*      Output classified raster “Folder”
·         ok











Berikut adalah hasilnya


Ubah Atribute sesuai dengan tata guna lahan

Mengubah Data Raster ke Shp
·      Raster to Polygon
·      Input “ Data yang sudah di olah”
·      ok

Raster To Polygon






Senin, 21 April 2014

Penggabungan Peta Landsat dan Titik Koordinat Survey

Tugas 2 Praktikum PCD
Pemasukan data koordinat hasil survey terhadap peta landsat yang sudah diolah :
v  LANDSAT KOTA BANDUNG
1.       Siapkan peta landsat yang dibutuhkan
2.       Berikut adalah contoh peta landsat kota Bandung yang belum diolah dan sudah diolah dengan composite band :
Gambar 1
Landsat sebelum diolah


Gambar 2
Landsat yang sudah diolah

3.       Langkah terakhir adalah gunakan kombinasi band sesuai dengan kebutuhan.

v  TITIK KOORDINAT HASIL SURVEY :
1.       Masukan data koordinat sesuai dengan hasil survey
2.       Save dalam ms.excel
Gambar 3
Contoh titik koordinat hasil survey

3.       Ubah data excel “Tulisan” menjadi “teks” dan “angka” menjadi “number”
4.       Save as, simpan di folder D/E

v  PENGGABUNGAN ANTARA PETA LANDSAT & TITIK SURVEY :
1.       Buka software Arcgis 10, pilih aplikasi arcmap
2.       Masukan peta landsat yang sudah diolah seperti contoh gambar 2
3.       Add data “titik koordinat”
4.       Data koordinat tadi dapat diubah menjadi shp dengan cara “klik kanan” pada koordinat, pilih data, export data.
5.       Berikut adalah data yang sudah diolah :
Gambar 4
Hasil penggabungan antara peta landsat yang sudah diolah dan data titik survey



Jumat, 11 April 2014

Composite Band dan Fungsinya

Composite Band dan Kegunaannya
Citra Satelit adalah Citra hasil penginderaan suatu jenis satelit tertentu. Citra satelit mempunyai beberapa sensor satelit yang mempunyai panjang gelombang yang berbeda-beda. Ada bermacam-macam sensor satelit yaitu Landsat 7 ETM+, IKONOS, QUICKBIRD, IRS series, SPOT 1-5, ALOS AVNIR-2/PRISM, Orbview dan lain sebagainya. Contohnya citra satelit aster mempunyai 1 band sedangkan citra satelit landsat mempunyai 8 band. Setiap sensor satelit mempunyai karakteristik untuk membedakan atau mengidentifikasikan objek yang berbeda-beda. Adapun beberapa contoh, kombinasi, dan kegunaanya dari peta landsat jawa barat :

No
Gambar
Kombinasi
Kegunaannya
1

1.2.3
Kombinasi ini memperlihatkan tutupahan lahan pertanian
2

1.4.7
Kombinasi ini memperlihatkan tutupan lahan perairan
3

3.2.1
Kombinasi ini merupakan warna natural sehingga merupakan pendekatan terbaik untuk melihat realitas lanskap
4

3.5.1
Kombinasi ini memperlihatkan tekstur topografi
5

4.3.2
Tipikal kombinasi komposit false color seperti di foto udara. Saluran 4 mendeteksi puncak pantulan dari vegetasi, juga membedakan tipe vegetasi, selain itu membedakan tanah dan perairan.
6

5.4.1
Vegetasi sehat akan berwarna hijau terang, kecuali kombinasi 5.4.1 yang lebih baik untuk studi agrikultur
7

7.5.4
Kombinasi ini tidak melibatkan saluran visibel, memberikan kita penetrasi atmosfer yang terbaik. Pesisir dan garis pantai terdefinisikan dengan baik. Dapat digunakan untuk mencari karakteristik tekstural dan kelembapan tanah. Vegetasi terlihat biru.

Rangkuman

Aspek Geometrik
Peta memiliki fungsi untuk menunjukan posisi atau lokasi relative suatu tempat. Pembuatan konstruksi peta merupakan bagaian penting pada pekerjaan pemetaan. Aspek geometric berhubungan langsung dengan permasalah posisi suatu tempat terhadap suatu referensi tertentu. Ada beberapa tinjauan yang digunakan mengenai aspek geometric dalam penghitungan sistem proyeksi yang akan digunakan :
v  Teoritis :
Aspek geometrik berhubungan dengan transformasi matematis koordinat geografi pada permukaan bumi ke koordinat proyeksi bidang datar.
v  Praktis :
Aspek geometric berhubungan dengan pembuatan konstruksi/jaringan dari kerangka geometrik peta.

Koordinat
1.    lintang ( latitude = φ ) , yang merupakan suatu titik dengan panjang busur yang diukur pada suatu meridian dihitung dari ekuator sampai ke paralel yang melalui titik tersebut.
2.    bujur ( longitude = λ ) , merupakan suatu titik yang diukur pada suatu garis paralel antara meridian titik pengamatan dengan meridian nol (meridian Greenwich).
3.    Koordinat Geografis titik P (φ , λ),Besaran harga lintang (φ ) dihitung mulai dari titik P sepanjang garis meridian sampai berpotongan dengan garis ekuator ; besaran harga bujur (λ) dihitung mulai dari perpotongan garis meridian dari titik P dengan ekuator, sampai dengan perpotongan garis ekuator tersebut dengan meriadian nol.

Koordinat proyeksi :
pada koordinat ini terdiri dari koordinat suatu titik dinyatakan dengan besaran absis (X) dan ordinat (Y). Titik Nol sistem koordinat adalah pusat bumi, dan sumbu-sumbu sistem koordinatnya terikat ke bumi.

Proyeksi Peta
Proyeksi peta merupakan transformasi sebuah peta dengan menggunakan rumus matematis tertentu. Proyeksi peta adalah model matematik untuk mengkonversi posisi tiga dimensi suatu titik di permukaan bumi ke representasi posisi dua dimensi di bidang peta.

Jenis Proyeks
a.Proyeksi kerucut, bidang proyeksinya adalah bidang kerucut dimana suatu kerucut diletakan pada bumi dan menyinggung bola bumi sepanjang suatu lingkaran.Proyeksi silinder, bidang b.proyeksinya bidang silinder dimana suatu silinder diletakan pada bumi dan kemudian didatarkan.
c.Proyeksi azimuthal (zenithal), bidang proyeksinya bidang datar.



Pemilihan Sistem Proyeksi Peta           
Berdasarkan sistem proyeksi peta, pemilihan suatu sistem proyeksi peta adalah berdasarkan: 
1.    posisi daerah.
2.    bentuk daerah.
3.    ukuran daerah.
4.    serta kegunaan peta bersangkutan.

Proyeksi Transverse Mercator (Tm)
Proyeksi Transverse Mercator adalah proyeksi silinder transversal yang bersifat konform. Pada proyeksi ini secara geometris silindernya menyinggung bola bumi pada sebuah meridian yang disebut meridian sentral (meridian tengah).


Sistem Grid Universal Transverse Mercator (Utm)
Universal Transverse Mercator yang merupakan modifikasi dari sistem proyeksi Transverse Mercator dimana yang menjadi acuan adalah sistem grid.  Ciri-ciri dari sistem grid UTM adalah:
1.    Sistem grid UTM adalah sistem grid yang bersifat universal, membagi seluruh wilayah permukaan bumi menjadi 60 bagian yang disebut sebagai zone UTM. Masing - masing zone UTM dibatasi oleh 2 buah meridian dengan lebar 60 bujur dan 80 lintang.
2.    Zone UTM diberi nomer yaitu zone 1 antara 1800 BB sampai 1740 BB terus kearah timur sampai zone 60 antara 1740 BT sampai 1800 BT. 
3.    Batas lintangnya adalah 800 LS dan 840 LU ke arah utara dengan kode huruf C berturut-turut ke utara sampai dengan huruf X untuk Lintang Utara 720– 840.
4.    Setiap zone UTM, bidang proyeksi silinder tidak menyinggung permukaan bumi, tetapi memotong bumi. 
5.    Masing-masing zone mempunyai koordinat sendiri yaitu titik potong meridian sentral dengan garis ekuator yang disebut sebagai titik nol sejati (true origin ).  
6.    Dalam sistem grid metrik, meridian sentral diberi absis fiktif sebesar 500.000 meter Timur (mT), sedang untuk ordinat, agar tidak dijumpai harga negatif maka di sebelah selatan ekuator diberi ordinat sebesar 10.000.000 meter Utara (mU), disebelah utara ekuator diberi ordinat 0 meter Utara (mU).


Sistem Proyeksi Peta Tm Di Indonesia
Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal) 
Peta Dasar Nasional yang diterbitkan oleh Bakosurtanal merupakan suatu seri peta yang meliputi seluruh daerah Indonesia, terdiri dari beberapa skala peta yaitu 1:25.000, 1:50.000, 1:100.000, 1:250.000. Sistem proyeksi yang digunakan adalah Transverse Mercator dengan lebar zone 6° serta sistem grid UTM.

Peta Dasar Nasional
Muka peta seri peta rupa bumi Indonesia (Peta Dasar Nasional Indonesia) dibatasi atau  menggunakan garis tepi peta dalam bentuk gratikul. Pada setiap ujung peta dicantumkan koordinat geografis (lintang dan bujur) dan juga koordinat kartesian hasil transformasi dari koordinat geografis ke koordinat proyeksi Transverse Mercator (TM).
Gambar koordinat Indonesia

Konstruksi Peta
v  Grid
garis-garis pada muka peta yang tergambar saling tegak lurus, penyajian garis grid pada muka peta dan garis tepi peta lebih banyak digunakan pada peta-peta skala besar. Pada konstruksi ini bentuk garis - garis pada peta tegak lurus, yaitu sumbu x yang vertikal dan sumbu y yang horizontal

v  Graticule 
garis-garis pada muka peta yang tergambar tidak saling tegak lurus, dan perpotongannya merupakan koordinat geografis. Penyajian garis graticule pada muka peta dan garis tepi peta lebih banyak digunakan pada peta-peta skala kecil. 
v  Skala Peta
Skala peta merupakan perbandingan jarak di peta dengam jarak sebenarnya dilapangan, pemilihan skala peta bergantung pada penggunaan peta. Ada beberapa klasifikasi skala peta diantaranya :
1.    Skala Besar
skala 1 : 1000 sampai dengan peta skala 1 : 10.000
2.    Skala Sedang
skala 1 : 25.000 sampai dengan skala 1 : 50.000
3.    Skala Kecil
Skala 1 : 100.000 sampai skala 1:500.000 atau lebih